Senin, 24 Oktober 2011

Kepribadian Anak Tergantung Bagaimana Orang Tua Mendidik


Dewasa ini kepribadian masyarakat sekitar tidak dapat dilihat hanya dari umur atau dari figure kedua orang tua mereka. Tapi kepribadian seseorang itu juga dapat terbentuk dari lingkungan sekitar dan juga dari pergaulan mereka, karena pergaulan dan lingkungan dimana seorang anak itu tinggal sangat mempengaruhi perkembangan kepribadian mereka.
Oleh karena itu orang tua sebaiknya ikut memperhatikan pergaulan dari anak-anak mereka, apakah cara bergaul dari teman-teman mereka mempunyai pengaruh buruk atau baik bagi perkembangan kepribadian anak mereka. Dan juga dalam lingkungan dimana mereka tinggal, oleh karena itu bagi orang tua pandai-pandailah mengawasi anak-anak mereka walaupun mereka tinggal di kawasan yang berbahaya.
Dan sekarang masalah yang dihadapi adalah banyak orang tua yang tidak terlalu memperhatikan anak-anak mereka, karena mereka terlau mementingkan pekerjaan mereka. Karena mereka menganggap bahwa pekerjaan mereka adalah hal terpenting sebelum mengurus anak mereka. Padahal pada dasarnya semua itu tidak dapat membentuk kepribadian.
Dan sekarang penyelesaiannya adalah tergantung pada kemauan masing-masing orang tua terhadap pengawasan atas perkembangan kepribadian anak-anak mereka karena pada dasarnya semua hal yang ada dalam lingkungan,pergaulan,dan umur mereka itu berpengaruh pada perkembangan kepribadian mereka, jadi bagi orang tua pandai-pandailah memilah.

Mengapa Hukuman Perlu di Berikan pada Anak?


Mengapa Hukuman Perlu di Berikan pada Anak? Setiap orang tua bisa dikata tidak pernah ada yang tidak menghukum anaknya. Dalam batas-batas tertentu, hukuman kepada anak bisa menjadi wajib, dan dalam batas-batas tertentu hukuman tidak diperbolehkan. Tujuan memberikan hukuman agar anak bisa menjadi lebih baik, lebih maju, lebih santun dan lebih berguna bagi teman dan lingkungan di mana anak berada. Bukan hukuman yang akan menjadikan anak semakin terpuruk, sedih, atau malah depresi.
Mengapa Hukuman perlu diberikan pada anak? Ada beberapa alasan mengapa hukuman itu harus diberikan pada anak yang bersalah, diantaranya yaitu:
1. Agar anak tidak mengulangi kejadian yang sama
Ketika sekali waktu anak melakukan kesalahan, mungkin kita bisa memakluminya dan memberikan pengertian, akan tetapi jika berulang kali melakukan kesalahan yang sama maka sebagai orang tua kita bisa marah melihat perilaku demikian. Dalam hal ini hukuman memang dimaksudkan agar anak jera (kapok) untuk melakukan kesalahan yang sifatnya sama.
2. Dapat mengambil pelajaran dan hikmah
Kesalahan bagaimanapun juga akan menjadikan anak untuk bisa mengambil pelajaran tentang peristiwa yang dihadapinya. Dengan pemberian hukuman kepada anak, diharapkan ia akan bersikap hati-hati diwaktu yang sama sekaligus jika ia bisa mensosialisasikan perbuatan yang kurang baik itu hendaknya jangan dilakukan kepada teman, saudara, atau orang lain, itu berarti menandakan bahwa anak sudah bisa mengambil pelajaran atas kesalahannya itu.
3. Konsistensi Sebuah Perjanjian
Hukuman yang baik pada dasarnya adalah sebuah konsekuensi dari perjanjian yang kita buat bersama dengan anak. Makna hukuman yang kita berikan kepada anak harus kita pahami bahwa hukuman bukanlah untuk memuaskan nafsu dan emosi kita ketika anak berbuat kesalahan, dan setelah emosi kita luntur maka berakhirlah hukuman yang kita berikan kepada anak.
Jadi, Hukuman perlu diberikan pada anak karena pada dasarnya pemberian hukuman pada anak diharapakan akan berpengaruh pada jiwanya, setiap anak akan sadar bahwa apapun perbuatan yang ia lakukan akan dimintai pertanggungjawaban.

Jumat, 21 Oktober 2011

Pahami Karakter BALITA


Balita memang punya beberapa karakter yang umum yang bagi orang tua karakter tersebut seringkali dianggap karakter yang kurang baik. Sebagai orang tua, memang sudah seharusnya mengenal dan memahami karakter sang buah hati yang masih balita dengan baik sehingga dapat menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan balita tanpa harus merasa di batasi.
Menurut salah satu teori, usia 2 hingga 4 tahun adalah masa dimana sang anak merasa sebagai pribadi yang penuh kekuatan, kemampuan kreatif dan senang melakukan eksploitasi terhadap segala sesuatu pada lingkungan sekitarnya. Dengan kekuatannya mereka akan mengeksplor lingkungan sekitarnya tanpa merasa letih. Hal ini di dorong imajinasinya yang selalu ingin bertindak kreatif.[1]
Dengan polah tingkah mereka yang cenderung atraktif, orang tua seringkali bersikap melarang dan membatasi. Padahl sikap orang tua yang demikian ini dapat menghambat perkembangan jiwa kemandirian dan rasa percaya diri mereka. Mengarahkan anak pada usia dini harus dengan lemah lembut tetapi penuh ketegasan dan memberikan alasan yang jelas mengapa sebuah kegiatan diperbolehkan dan di larang.
Ada beberapa karakter balita yang harus di sadari oleh orang tua dan disikapi dengan bijaksana agar tidak menghambat perkembangan dirinya. Sifat-sifat tersebut diantaranya adalah:
  1. Egois
Sifat ini umumnya mulai muncul pada saat anak berusia 15 bulanan (masa dimana sang anak sudah mulai mengenal dan sadar akan dirinya). Sifat egois ini muncul disebabkan oleh ketidakmampuan sang anak dalam melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain. Jadi, semua masalah akan di teropong dari kaca mata dirinya. Lantaran sifat ini juga, anak balita selalu bersikap “here and now”. Bila menginginkan sesuatu maka ia harus mendapatkan saat itu juga.
Bila dilihat dari perkembangan kognitif, sifat egois akan menghilang saat anak berusia 6 tahun. Karena semakin besar anak, dia di tuntut untuk semakin mengenal lingkungan sosialnya[2].
Menghadapi anak dengan karakter egois para orang tua harus bijak dalam menghadapinya dengan terus menstimulasi kemampuannya untuk bisa berbagi dengan orang lain, tidak selalu menuruti apa yang diinginkan. Karena sebenarnya dengan possessivitas (rasa memiliki) yang tinggi , seorang anak bisa belajar tentang konsep kepemilikan yang benar, ini adalah barangku dan itu barang milik kakakku. Dengan konsep kepemilikan yang benar terhadap barang-barang miliknya dan bukan miliknya, orang tua dapat mendidik rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam dirinya[3].
Tanpa menstimulasi dengan baik dengan konsep kepemilikan yang benar dalam menghadapi sikap egois anak, maka egosentris tersebut bisa menetap dalam diri anak hingga dewasa. Jika hal ini terjadi, maka bukan tidak mungkin anak akan menjadi orang yang egois dan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
  1. Suka perintah
Sikap yang suka memerintah ini sebenarnya masih berkaitan dengan sifat egois pada diri anak. Sifat ini sebenarnya kelanjutan dari usia bayi dimana semua kebutuhan dan keinginannya selalu di ladeni. Di saat sang anak mulai bisa berjalan dan berbicara serta melakukan sesuatu tanpa bergantung sepenuhnya pada orang dewasa, maka dia merasa memiliki rasa otonomi. Sikap Otonom ini seringkali di barengi dengan sikap menyuruh orang lain demi mendapatkan apa yang diinginkannya. Sikap suka perintah ini tidak akan menghilang dengan sendirinya tanpa di latih oleh orang tuanya. Karena jika sifat ini tidak bisa tertangani dengan baik oleh orang tua, maka tentu saja akan menetap hingga ia dewasa. Cara menangani sikap suka perintah pada anak diantaranya dengan:
1.  Mengajarkan kemandirian pada anak secara bertahap, mulai dari hal-hal yang paling sederhana. Misalnya cuci tangan sebelum dan sesudah makan, makan sendiri, membuka sepatu, dan lain sebagainya.
2.  Memberi contoh yang baik di depan anak, dengan tidak mudah menyuruh orang lain, misalnya pembantu. Karena sebenarnya anak akan lebih di ajarkan melalui contoh dan teladan dari orang-orang di sekitarnya[4].
  1. Agresif
Sifat agresif ini sebenarnya sudah tampak dari sejak bayi dan akan kerap semakin muncul pada masa batita. Hal ini d karenakan adanya problem komunikasi yang masih terbatas sehingga sang anak merasa keinginannya tidak di pahami oleh orang dewasa. Disamping itu, sifat agresif ini bisa muncul karena kebiasaan. Misalnya sang anak be;ajar dari pengalamannya jika ia berteriak teriak atau melempar barang atau memukul, maka keingininannya baru terpenuhi.
Banyak orang tua yang tidak menyadari sifat agresif yang ada pada anak, sehingga sifat ini terus berlanjut hingga dia dewasa. Padahal sifat agresif pada anak jika tidak di tangani dengan baik pada masa balita, akan menjadi salah satu penghalang terbesar bagi kesuksesannya di masa mendatang. Hal ini di karenakan sifat agresif dan temperamental menyebabkan dia tidak bisa beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
Ada beberapa hal yang penting di lakukan oleh para orang tua yang memiliki balita dengan sikap agresif ini, diantaranya[5]:
  1. Saat anak tantrum, peluk dan pegang dia. Biarkan dia marah. Setelah kemarahannya reda, orang tua bisa tanyakan penyebabnya secara baik-baik. Pada saat anak emosional, anal biasanya akan bingung untuk mengatakan penyebabnya rasa kesalnya. Pada kondisi ini, akan lebih baik jika orang tua mendefinisikan perasaannya. Cara ini membuat anak merasa di pahami perasaannya.
  2. Jangan menaggapi agresifitas anak dengan cara yang agresif pula. Karena hal ini akan menambah kesan bahwa sifat kasar itu di perbolehkan.
  3. Memberikan penjelasan. Memang tidak mudah untuk memberikan penjelasan terutama bagi batita. Karena sekali di beri tahu tidak akan membuatnya patuh dan melupakan sifat agresifnya. Hal ini menuntut orang tua untuk tidak putus asa dan bosan dalam memberi penjelasan, karena kama kelamaan sang anak akan mengerti bahwa untuk mendapatkan sesuatu tudak harus dengan bersikap agresif.
  4. Pemalu
Terkadang kita mendapati sang anak yang pemalu. Dia lebih suka bersembunyi di balik orang tuanya saat bertemu dengan orang yang baru di lihatnya atau yang jarang berada di sekelilingnya. Klau di Tanya anak lebih memilih dian dan menundukkan kepala. Atau lebih ekstrim lagi ada anak yang spontan akan menangis jika berada di dekat atau berhadapan dengan orang yang baru di kenalnya.
Sifat pemalu ini biasanya merupakan pembawaan pribadi yang diturunkan dari orang tuanya. Meski sifat ini di perlukan dalam beberapa hal, tetapi sifat pemalu yang berlebihan akan berdampak pada sulitnya anak untuk mengembangkan diri dan beradaptasi dengan lingkungan sosialnya. Hal ini tentu saja akan menghambat prestasi anak kelak bahkan membuat anak kehilangan peluang dalam beberapa hal.
Menghadapi anak yang pemalu, sebaiknya orang tua sering membawanya untuk bersosialisasi. Mulai dari lingkunga sekitar rumahnya hingga lingkungan sosial yang lain seperti taman bermain. Awalnya mungkin anak merasa takut, sehingga butuh di temani sementara waktu. Setelah beberapa lama biasanya anak akan bisa ditinggal dan berbaur bersama anak-anak lainnya[6].
  1. Penyendiri
Sifat penyendiri pada usia batita selain dikarenakan perkembangan kognitif anak dalam melihat sesuatu masih dari sudut pandangnya sendiri, hal ini juga di karenakan perkembangan sosialnya yang belum berkembang dengan baik. Anak baru sadar akan adanya tuntutan lingkungan sosial di usia 3 tahun keatas. Lantaran itulah, saat bermain, anak tampak soliter (lebih suka bermain sendiri) meski ada teman di sampingnya. Sifat penyendiri ini akan menghilang sendiri setelah usia batita, apalagi jika sang anak suda berelasi dengan teman-temannya. Sama halnya menghadapi anak yang pemalu, menghadapi anak yang penyendiri orang tua perlu mengajak anak dalam kegiatan bersama dan bersosialisasi. Selain itu setiap saat anak perlu diajak berkomunikasi dan menyediakan waktu untuk mendengarkan  dan menaggapi setiap ucapannya. Karena semakin ia percaya bahwa orang tua bersedia untuk menjadi pendengar yang baik, maka anak akan semakin berani bicara dan bersikap terbuka[7].
  1. Susah di atur
Menginjak usia 3 tahun, biasanya orang tua mendapati sang anak yang mulai susah untuk di atur. Jika pada usia sebelumnya dia selalu menurutu kedua orang tuanya, maka di usia 3 tahun bisanya anak sudah mulai berani untuk menolak dan mengungkapkan pendapatnya tentang segala sesuatu. Dia mulai bisa menentang dan sangat suka melakukan hal yang dilarang.  Semakin orang tua bersikap keras melarang sesuatu, maka akan semakin keras juga sang anak untuk menolaknya.
Menghadapi anak yang susah untuk di atur ini, orang tua harus bisa berkomunikasi dengan baik serta mengkompromikan tentang berbagai hal dengan sang anak. Melibatkan anak dan mendengarkan pendapat mereka. Dengan demikian anak merasa dihargai.  Jika anak berinisiatif melakukan sesuatu yang bagi orang tua merupakan hal yang sangat mengganggu atau bahkan salah dan membahayakan. Maka seharusnya bersikap bijak dalam melarang tanpa menghilangkan kesempatan anak untuk berinisisatif dan berkreatifitas.

Apabila anak merasa mampu berinisiatif untuk melakukan hal sesuai dengan keinginannya, maka hal itu akan menumbuhkan rasa kemampuan diri, kreatifitas, untuk mencetuskan serta menjalankan ide-idenya, dan semua itu adalah modal bagi pertumbuhan kematangan emosinya. Sebaliknya, apabila anak sering dilarang dan tidak diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif, mereka akan menjadi pribadi yang apatis, tidak kreatif dan rendah diri[8].

Selasa, 18 Oktober 2011

Kebahagianan keluarga kecil


Ketika dulu berikrar di hadapan penghulu, sepasang suami istri yang baru tentu mendambakan kelak dalam rumah tangganya mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan dalam membangun sebuah keluarga.
Suka duka pasti akan dilalui seiring dengan terus berjalannya masa perkawinan itu. Namun ada yang harus direnungkan, sudahkah kita selama bertahun-tahun menikah dengan pasangan kita masing-masing telah merasakan kebahagiaan? Kebahagiaan keluarga yang tentu menjadi idaman setiap orang.
Setiap orang pasti memimpikan membangun keluarga yang sakinah dan mawaddah. Tetapi tak semua orang bisa mencapai itu. Mengapa? Karena untuk bisa mencapai itu dibutuhkan kebesaran jiwa dan kelapangan hati dari sesama anggota keluarga untuk saling menyayangi dan mengasihi.
Sebenarnya kebahagiaan itu sederhana. Bahkan sangat sederhana. Kebahagian tidak terletak pada banyaknya harta yang melimpah, tapi kebahagiaan terletak pada kepuasan batin di antara sesama anggota keluarga. Ketika mereka merasakan kenyamanan dan ketentraman di antara sesama anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak tentu akan damailah keluarga itu. Lalu bagaimanakah membentuk keluarga yang bahagia sekaligus sejahtera?. Bahagia lahir maupun batin, tercukupinya segala kebutuhan hidup dan dan merasakan kedamaian batin?.
Para pembaca yang berbahagia. Kalau bahagia itu terletak pada banyaknya harta, tentu tak ada kesedihan menghinggapi hati orang-orang kaya. Sebab banyak orang yang terlihat bahagia secara materi, tetapi sebenarnya dia miskin dalam pencapaian kebahagiaan. Hidupnya tak tentram. Makan tak enak tidurpun tak nyenyak.
Berapa banyak terbukti bahwa harta tak akan membuat anda menjadi bahagia. Dia hanya sarana penunjang untuk mencapai kebahagiaan. Banyak orang yang tergolong miskin materi tetapi hidupnya bahagia karena menerima keadaan apa adanya dan senantiasa bersyukur kepada rezeki yang diberikan oleh-Nya.
Pernahkah anda pergi rekreasi bersama keluarga?. Pergi dari rumah dalam rangka berekreasi bersama keluarga tercinta. Tinggalkanlah urusan kantor barang sejenak dan bergabunglah dalam kemesraan keluarga baik lahir maupun batin. Berfoto bersama sambil tersenyum dan bergaya. Bila itu telah anda lakukan, berbahagialah. Tetapi jika belum, apalagi sangat sulit mengumpulkan anggota keluarga, maka tugas anda adalah menyatukan mereka, menyatukan isi hati mereka dalam merajut kebersamaan. Walaupun anda perlu waktu untuk menyatukannya.
Tak ada kebahagiaan yang lebih indah selain kebahagiaan keluarga. Oleh karenanya anda akan mendapatkan kunci kebahagiaan dari dalam diri anda sendiri manakala anda sadar bahwa kebahagiaan itu sederhana. Ketika anda sebagai suami atau istri mampu menjadi motor penggerak dalam kesuksesan keluarga, maka anda adalah orang yang hebat. Tetapi, bila anda tak mampu menjaga mereka, memberi mereka pengertian dan pemahaman tentang arti pentingnya kebahagiaan, pastilah anda orang yang merugi. Apalagi bila anda tak mampu menjaganyanya dari siksa api neraka.
Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari siksa api neraka. Selamat membangun keluarga yang baik, yang di dalamnya ada rahmah dan mawaddah, kasih dan sayang. Semua itu bisa terjadi bila kita melayani mereka dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa.

Rabu, 05 Oktober 2011

Manfaat Dari Hiking Dengan Keluarga

Hiking adalah kegiatan outdoor yang dapat dilakukan setiap saat sepanjang tahun. Dan, ketika Anda sedang berjalan-jalan dengan seluruh keluarga, tidak ada yang seperti itu - keluarga yang sama untuk menikmati keindahan alam. Orang-orang berjalan kaki untuk alasan yang berbeda, tapi manfaat hiking dengan keluarga jarang dibahas.
Berikut adalah beberapa manfaat dari hiking dengan keluarga yang harus Anda perhatikan.
  • Cara gaya hidup kita sekarang, kita tidak mendapatkan waktu untuk menghabiskan waktu bersama. Namun, hiking memberi kesempatan bagi keluarga untuk obligasi. Selain itu, hiking itu menyenangkan dan penuh petualangan, sehingga Anda dan keluarga Anda akhirnya bersenang-senang dan petualangan - saat-saat bahwa Anda akan menghargai dan mengingat semua kehidupan Anda.
  • Hiking merupakan kegiatan yang mendapatkan seluruh keluarga di luar, jauh dari komputer dan TV. Walaupun Anda sedang bersenang-senang, Anda juga dapat meningkatkan kesehatan keluarga dengan mengambil kenaikan reguler.
  • Ketika Anda menghabiskan waktu bersama keluarga Anda, Anda dapat mendidik anak-anak tentang alam, flora dan fauna yang ditemukan di sepanjang jalan. Bahkan, tidak akan dilihat sebagai pendidikan sebagai anda akan menikmati dan kemungkinan anak-anak mengambil lebih meningkat drastis.
  • Hidup hari ini sangat kompetitif, baik itu sekolah, olahraga atau pekerjaan. Namun, saat Anda pergi berjalan-jalan dengan keluarga Anda, itu akan mengajari anak-anak bahwa bersenang-senang itu penting dan bahwa tidak selalu menang adalah jawabannya.
  • Hiking adalah kegiatan murah. Biaya terbesar akan menjadi sepasang sepatu hiking baik. Anda dan keluarga Anda dapat menikmati waktu berkualitas bersama-sama tanpa harus khawatir tentang berapa banyak Anda belanja.
Selain itu, masih ada manfaat lain hiking bersama keluarga. Yang penting untuk diingat adalah bahwa Anda dan keluarga Anda dapat bersama-sama dan menghabiskan waktu seperti sebuah keluarga seharusnya pengeluaran.

Jumat, 18 Februari 2011

Tips mengatasi Masalah dalam Keluarga

Dalam sebuah keluarga pasti tak luput terjadi masalah, masalah bukan untuk dihindari tetapi dihadapi dan diselesaikan, berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi masalah dalam keluarga :

1. Tentukan Waktu Bicara
Hindari membicarakan masalah pada waktu-waktu biasanya Anda atau pasangan hidup cenderung untuk marah. Misalnya, saat baru pulang kantor ketika sedang lelah dan mudah terpancing emosi. Sebaliknya, berbicaralah pada waktu santai dan perhatikan kondisi hati apakah sedang dalam kondisi yang menyenangkan. Berbicara pada waktu yang tidak tepat akan memperburuk masalah.

Walaupun awalnya Anda berniat membicarakan suatu masalah dengan baik, tetapi bisa saja masalah tersebut memancing emosi Anda dan pasangan. Nada bicara yang keras semakin memperkeruh suasana. Jika hal ini terjadi, ada baiknya Anda berdiam diri sejenak sampai suasana kembali tenang. Tahan emosi Anda dan jangan terpancing dengan ucapan pasangan hidup Anda.

Jika pembicaraan tidak mungkin dilanjutkan pada saat itu, bicaralah dengan respek kepada pasangan hidup Anda bahwa hal ini akan Anda bicarakan lain waktu. Tentukan waktunya dan jangan terlalu lama dari saat Anda menghentikan pembicaraan. Ingat, untuk meminta dibicarakan lain waktu dengan nada bicara dan sikap yang hormat. Bukan dengan perkataan merendah seperti “Malas bicara sama kamu!” atau “Udah, gak perlu diomongin lagi!”. Jangan lupa untuk meneepati janji untuk berbicara pada waktu yang sudah Anda tetapkan untuk membicarakan hal ini sehingga menimbulkan rasa kepercayaan pasangan.

2. Bicarakan dengan Jujur
Jangan berpikir bahwa pasangan hidup Anda tahu apa yang mengganggu hati Anda. Pasangan hidup Anda adalah manusia biasa yang tidak dapat membaca hati. Maka, daripada mendiamkan pasangan hidup Anda karena berpikir dia tahu masalahnya, lebih baik ada bicarakan dengan jujur perasaan Anda. Ingat, ketika mengatakan perasaan Anda dengan nada yang baik bukan langsung marah-marah.

Katakan secara jelas apa dan kapan masalahnya serta bagaimana perasaan Anda. Jika masalah yang ingin dibahas ada beberapa, Anda dapat menuliskannya beserta solusinya. Hindari juga sikap suka mengungkit kesalahan pasangan agar permasalahan tidak melebar.

3. Mendengarkan

Yang tidak kalah penting dalam komunikasi adalah mendengarkan. Pasangan hidup mungkin merasa bahwa Anda tidak mendengarkan saat dia sedang berbicara. Hal ini, mungkin disebabkan karena Anda merasa telah mengetahui perasaan pasangan atau merasa mengetahui apa yang akan dibicarakan. Hindari perasaan merasa telah mengetahui perasaan atau apa yang dipikirkannya. Coba pahami perasaannya jika Anda ada di posisinya, Anda pasti ingin agar perkataan Anda didengarkan.

Ketika pasangan Anda sedang berbicara jangan menyela kata-katanya, biarkan sampai pasangan Anda selesai mengutarakan semuanya. Berikan perhatian penuh saat pasangan Anda sedang mengutarakan perasaannya. Tunjukkan dengan sikap yang sungguh-sungguh dalam mendengarkan. Misalnya, jangan mendengarkan tetapi mata Anda tetap asyik menonton TV. Ini dapat membuat pasangan Anda tidak diperhatikan.

Setelah selesai mendengarkan, coba untuk mengungkapkan kembali apa yang telah Anda dengar. Tanyakan apakah yang Anda ungkapkan sudah sesuai dengan maksud dari pasangan hidup Anda. Minta koreksi apabila ternyata ada yang tidak sesuai. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman di antara suami istri.

4. Buat Kesepakatan Solusi
Tujuan dari membicarakan masalah adalah agar tercipta suatu solusi yang dapat menghilangkan masalah tersebut. Setelah berbicara, Anda akan lebih mengetahui apa masalah yag sebenarnya terjadi dan bagaimana perasaan pasangan Anda. Kini, buatlah solusi agar masalah tidak semakin berlarut-larut dan dapat mengganggu keharmonisan keluarga Anda.

Sampaikan solusi yang Anda pikitkan begitu juga dengan pasangan Anda temukan yang mendapat kesempatan untuk menyampaikan saran-saran solusi. Jika perlu, catatlah kemungkinan solusi-solusi yang terpikirkan. Setelah selesai, sepakati solusi mana yang Anda berdua pilih. Solusi tersebut harus mendapat kesepakatan dari Anda berdua agar tidak ada yang merasa keberatan dengan solusi di kemudian hari.

Setelah kesepakatan disetujui, tetapkan kapan Anda dan pasangan akan membicarakan tentang pelaksanaan dari solusi yang telah ditetapkan. Apakah sudah dilaksanakan dan bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak-dampak yang mungkin timbul.

Komunikasi adalah hal yang vital dalam kehidupan keluarga. Maka, upayakan terus menjalin komunikasi yang lancar dalam keluarga. Komunikasi juga harus dilakukan dengan itikad baik dan penuh hormat. Membicarakan masalah bukan seperti pertempuran, dimana kedua belah pihak saling menyerang, saling merasa benar dan menuduh pihak lawan yang salah. Hal tersebut tidak akan menghasilkan keadaan yang baik karena akan melukai keduanya.

Ingat, bahwa tujuan Anda adalah mencari jalan keluar yang melegakan Anda dan pasangan sehingga kehidupan menjadi lebih bahagia.

Kamis, 23 Desember 2010

Tips Mendidik Anak

tips mendidik anak
Menjadi anak pintar bukanlah sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan saja. Melainkan ada beberapa faktor atau cara mendidik yang membuat seorang anak memiliki otak encer dibanding yang lain. Berikut beberapa hal yang disampaikan olehMSNNews tentang seharusnya pendidikan yang didapat anak.
Pendidikan yang saya sebut disini bukanlah formal di sekolah. Melainkan yang harus dilakukan orang tua di rumah. Berikut beberapa cara yang membuat anak dapat menjadi lebih pintar dibanding yang lain 
Bermain musik
Cara ini dapat merangsang pertumbuhan otak kanan. Dan dari studi yang dilakukan oleh universitas Toronto, ini dapat meningkatkan IQ dan nilai akademis anak. Bintang pernah membaca sebuah artikel kenapa orang zionis israel menjadi pintar. Salah satunya adalah sejak masih dini mereka sudah dilatih konsentrasinya dengan bermain Piano.
Mengembangkan rasa ingin tahu anak
Pendidikan yang sukses karena anak pintar selalu ingin tahu akan hal baru. Maka daripada itu sejak kecil biasakan anda sebagai orang tua harus selalu menunjukkan rasa ingin tahu kepada anak.
Dengan begitu anda tidak perlu menyuruh anak untuk belajar ini itu. Karena dia sendiri yang akan penasaran. Otomatis dengan semakin banyak yang dia pelajari akan membuatnya menjadi pintar. Cara mendidik yang baguskan?
Budayakan membaca
Dengan kegiatan membaca akan dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan perkembangan kognitif anak. Lalu bagaimana cara untuk melakukannya? Membacakan dongeng untuk anak bisa menjadi salah satu jalan keluar. Cara lain, berikan anak hadiah sebuah buku yang dapat menarik perhatiannya.
Apalagi sekarang sudah zaman internet, mengapa tidak gunakan itu senjata dalam mendidik? Internet sudah terbukti cara ampuh untuk membuat orang sering membaca. Tentu saja karena ini untuk pendidikan anak untuk menjadi pintar, harus tetap ditemani oleh Orang Tua.
Kepercayaan diri
Mendidik anak pintar yang baik adalah membuatnya percaya diri dan selalu optimis bahwa dia bisa melakukan sesuatu. Salah satu cara adalah berpatisipasi dalam kegiatan olahraga maupun sosial dapat membantunya.Dan jangan sekalipun mendidik anak sehingga dia menjadi tidak PD.
Salah satu contoh adalah Ketika seorang ibu mengkritik gambar anaknya karena langitnya berwarna merah bukan biru. Sepertinya hal itu sepele. Tapi itu bukan pendidikan anak yang bagus. Karena anak jadi takut melakukan sesuatu karena salah. Dan manusia yang tidak pernah melakukan sesuatu bagaimana mungkin menjadi pintar.
Beberapa hal lain yang dapat membuat anak menjadi pintar adalah dengan tentu saja memberikan ASI, menyingkirkan makanan cepat saji dan memberikan makanan yang sehat, membiasakan berolahraga. Mudah-mudahan jika anda mendidik dengan pendidikan seperti cara diatas, anak bisa menjadi lebih pintar.